Saturday, July 11, 2009

Menerima Ketidaksempurnaan

“Hoooorraaaayyy!”

Terdenganr Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun menghilang.
Apalagi ia adalah anak satu-satunya.
Maklumlah anak tersebut pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 tahun yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tersebut.
Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang.

Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Si Ibu tersebut. Dalam telegram tersebut tercantum bahwa anaknya akan pulang kerumahnya besok.

Esok harinya telah disiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya diundang semua.
Maklumlah suaminya adalah Direktur Dari perusahaan Besar yang terkenal diseluruh ibukota.

........

Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.

Si Anak:“Bu bolehkah saya membawa Teman baik saya?”

Ibu:“Oh sudah tentu, rumah kita cuma besar dan kamar kitapun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!”

Si Anak:“Tetapi teman saya adalah seorang cacad, karena korban perang di Vietnam?”

Ibu: “……oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacad?” - nada suaranya sudah agak menurun

Si Anak: “Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!”

Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya:“Asalkan hanya untuk beberapa hari saja, saya kira itu tidak jadi masalah?”

Si Anak: “…tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnyapun turut terbakar!”

Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: “Na…ak lain kali saja kawanmu itu diundang kerumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar ibu yang bayar nanti biaya penginapannya!”

Si Anak: “…tapi dia adalah teman baik saya Bu... saya tidak ingin pisah dari dia!”

Si Ibu: “Coba kamu renungkan nak, ayah kamu itu seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung kerumah kita...
apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam, bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri,
apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang rusak.
Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti?
Apakah Itu tidak akan menurunkan martabat kita?
bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti.”

Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.

................

Malamnya Orang tua dari kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tersebut tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.

.......

Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit,
agar mereka segera datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri.
Mayat dari seorang pemuda Veteran tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena luka bakar.


Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya,
tetapi kenyataannya pemuda tersebut adalah anaknya sendiri!
Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya!

........

Kita akan menilai bahwa orang tua dari anak tersebut kejam dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja, tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain dari mereka?



Apakah Kita masih tetap mau berteman
……. dengan orang cacad?
……..yang bukan karena cacad tubuh saja?
……. tetapi cacad mental atau
……..cacad status atau cacad nama atau
……..cacad latar belakang kehidupannya?


Apakah Kita masih tetap mau berkawan dengan orang
…….yang tidak sempurna?
…….yang jatuh miskin?
…… yang kena penyakit AIDS?
…….yang bekas pelacur?
…….yang tidak punya rumah lagi?
…….yang pemabuk?
…….yang pencandu?
…….yang berlainan agama?


Renungkanlah jawabannya, hanya Anda dan Sang Pencipta saja yang paling mengetahuinya?

Dan yang paling terpenting adalah “SIKAP” Kita dalam memandang suatu hal haruslah kita ubah menjadi lebih baik atau lebih positif.

Karena dengan sikap yang positif, maka secara otomatis akan menumbuhkan sikap rendah hati, rasa peduli terhadap orang lain dan tentunya hal-hal lain yang lebih baik.



Tuesday, July 7, 2009

Anak-Anak belajar dari Lingkungannya




Jika anak tumbuh di lingkungan yang sering mengkritik,
maka ia akan belajar untuk Menyalahkan


Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan,

Maka ia belajar untuk berkelahi

Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh dengan ketakutan,

Maka ia belajar untuk menjadi mudah khawatir

Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh kesedihan,

Maka ia belajar untuk mengasihani dirinya sendiri


Jika anak tumbuh di lingkungan yang sering mempermalukan,
Maka ia belajar untuk menjadi pemalu


Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh dengan kecemburuan,
Maka ia pun belajar untuk mendendam

Jika anak tumbuh di lingkungan yang sering menyalahkan,

ia belajar untuk terus dihantui rasa bersalah


......

Jika anak tumbuh di lingkungan yang suka memberi semangat,
ia pun belajar untuk percaya diri


Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh toleransi
ia belajar untuk bersabar

Jika anak tumbuh di lingkungan yang memberi pujian
ia belajar untuk menghargai

Jika anak tumbuh di lingkungan yang menerimanya
ia belajar untuk mencintai

Jika anak tumbuh di lingkungan yang suka memberikan dukungan
Dan ia pun belajar untuk menyenangi dirinya

Jika anak tumbuh di lingkungan yang sering memberikan penghargaan
Maka ia belajar untuk memiliki tujuan dan cita-cita

Jika anak tumbuh di lingkungan yang suka berbagi
Maka ia belajar untuk bermurah hati dan suka memberi

Jika anak tumbuh di lingkungan yang menjunjung tinggi kejujuran
ia belajar untuk mencintai kebenaran

Jika anak tumbuh di lingkungan yang menghargai keadilan
ia belajar untuk untuk selalu bersikap adil

Jika anak tumbuh di lingkungan yang baik hati dan penuh tenggang rasa
ia belajar untuk menghormati

Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh dengan rasa aman
ia belajar untuk memiliki keyakinan dan berbaik sangka

Jika anak tumbuh di lingkungan yang bersahabat
Maka ia pun belajar untuk merasa bahwa dunia ini indah
dan hidup ini begitu berharga
...

Bagaimanakah dengan anak -anak kita ?


----------

By Dorothy Law Nolte, Ph.D.

Children Learn What They Live

If children live with criticism, they learn to condemn.
If children live with hostility, they learn to fight.
If children live with fear, they learn to be apprehensive.
If children live with pity, they learn to feel sorry for themselves.
If children live with ridicule, they learn to feel shy.
If children live with jealousy, they learn to feel envy.
If children live with shame, they learn to feel guilty.
....
If children live with encouragement, they learn confidence.
If children live with tolerance, they learn patience.
If children live with praise, they learn appreciation.
If children live with acceptance, they learn to love.
If children live with approval, they learn to like themselves.
If children live with recognition, they learn it is good to have a goal.
If children live with sharing, they learn generosity.
If children live with honesty, they learn truthfulness.
If children live with fairness, they learn justice.
If children live with kindness and consideration, they learn respect.
If children live with security, they learn to have faith in themselves and in those about them.
If children live with friendliness, they learn the world is a nice place in which to live.




Damai, Iman , Cinta dan Harapan

Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka....

Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.”
“Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.”
“Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.”
“Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.”
“Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.


Tanpa terduga…


Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

“Akulah HARAPAN.”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.



Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….
dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut,

yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!


Monday, July 6, 2009

Pikiran

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak.
Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Diperjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain, namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran dia menghampiri belalang itu dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?”
Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan, “Dimanakah kau tinggal selama ini?
Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.”
Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut.
Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, tradisi, ketakutan, dan kebiasaan yang membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.

Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam-dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acapkali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.


Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dengan seutas rantai yang terikat pada sebilah pancang kecil?
Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kakinya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas rantai kecil.



Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “penjara” itu?
Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap di luar batas kemampuan dan pemikiran Anda?
Ketahui, gali dan kembangkanlah potensi yang ada pada diri Anda sehingga Anda akan mendapatkan kepuasan dalam hidup. Berusahalah selalu memberikan yang terbaik atas apa yang Anda kerjakan.

Sebagai manusia kita mampu untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin kita capai. Sakit memang, lelah memang,tapi jika kita sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada dasarnya, kehidupan kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara hidup pilihan kita sendiri, bukan dengan cara yang di pilihkan orang lain untuk kita


“Apabila Anda telah melakukan sesuatu dengan baik dan maksimal namun sesuatu yang Anda harapkan belum tercapai, maka cobalah dengan cara lain”


Sunday, July 5, 2009

The Dreamer, the Critic & the Realist ...





Bisakah kita membayangkan dunia tanpa sosok Walt Disney? Mungkin kita tidak akan pernah mengenal ikon-ikon seperti Mickey Mouse, Donald Duck, Snow White, dan sebagainya. Yang jelas, masa kecil kita tidak lebih indah tanpa kehadiran tokoh-tokoh animasi tersebut. Dengan tokoh-tokoh itu ,Walt Disney mampu mengantarkan kita ke dunia hiburan yang sangat mempesona. Penuh impian. Bahkan, Walt Disney menjadi salah satu raksasa bisnis dunia dengan profit $ 1,3 miliar.

Sulit membayangkan emporium bisnis itu dipelopori oleh seorang manusia rendah hati yang pernah drop out dari sekolahnya, Walt Disney. Bahkan, dalam hidupnya, Walt Disney mengalami kebangkrutan sampai menguras uangnya selama empat kali. Membuatnya mengalami bencana keuangan dan guncangan bisnis yang cukup hebat. Namun, keajaiban terjadi. Walt Disney tidak Menyerah. Ia mampu mengubah tokoh-tokoh binatang di garasi mobilnya menjadi maha bintang animasi yang luar biasa. Tikus garasi diubah menjadi Mickey Mouse yang melegenda itu.

Keajaiban Disney terletak pada kemampuannya melakukan sebuah proses yang disebut Imageneering. Istilah ini dikembangkan Walt Disney pada tahun 1967. Berasal dari kombinasi dua kata, “imagination” dan “engineering.” Proses imageneering inilah yang menjadi kunci sukses Disney. Strategi kreatif inilah yang melahirkan produk-produk Walt Disney. Ini menjadi urat nadi dari Research and Development (R&D) mereka.

Kunci imageneering juga terungkap oleh salah satu tokoh penting di Disney. Menurutnya, ada tiga sisi penting pada Walt Disney yang muncul ke rapat setiap hari. Ketiganya adalah Si Pemimpi (the dreamer), Si Perencana nyata (the realist), dan Si Pengkritik (the critic). “Nah, kadang, kita tidak tahu siapa yang sedang kita temui di meeting saat itu,” katanya.

Nah, bagaimana kita menggunakan jurus ampuh Walt Disney untuk kesuksesan diri dan bisnis kita? Melalui teknologi modeling dari NLP (Neuro Linguistic Programming), kita pun mampu mengaplikasikan imageneering itu dalam diri kita untuk menggapai kesuksesan. Pertama kali dikembangkan oleh Robert Dilts, proses imageneering pun bisa kita terapkan. Menurut Robert Dilts, proses ini merupakan kunci penting dalam memecahkan masalah dan mengubah mimpi-mimpi menjadi kenyataan.

Singkatnya, di dalam diri kita masing-masing, kita mampu membangunkan ketiga jiwa yang juga dimiliki Disney, yakni the dreamer, the realist, dan the critic. The dreamer merupakan jiwa kita yang penuh kreativitas, penuh mimpi dan fantasi. Jangkauan pemikirannya luas. Tidak terbatasi oleh batas-batas dan kelemahan. Imaginasi terbentang menembus batas-batas. Tengok saja lirik lagu “Imagine” yang dipopulerkan oleh penyanyi kondang John Lenon. Lirik lagi ini mengungkapkan diri seorang dreamer sejati.

Kita pun perlu membangunkan jiwa pemimpi yang memampukan kita menyongsong masa depan dengan optimis. Lalu, ada pula the realist yang merupakan bagian diri yang bertugas untuk memikirkan secara membumi, membuat rencana realistis, dan konstruktif. Inilah sang eksekutor yang akan mengubah mimpi menjadi kenyataan. Ada juga the critic dalam jiwa kita untuk mengetes dna menguji apa yang sudah direncanakan. The critic juga menciptakan berbagai skenario baru jika apa yang dipikirkan tidak berjalan dengan semestinya.

Normalnya, tidak ada orang yang mampu kuat di ketiga-tiganya. Tapi, untuk menggapai kesuksesan, kita membutuhkan ketiganya. The realist dan the critic tanpa the dreamer, akan menghasilkan “self sabotage.” Artinya, jalan di tempat lantaran tidak tahu harus melangkah ke mana. The dreamer dan the critic tanpa the realist, menghasilkan pertentangan batin luar biasa antara impian dan kritik-kritik. Sebaliknya, the dreamer dan the realist tanpa the critic justru akan menghasilkan rencana tanpa antisipasi. Ketiganya harus berjalan seiring.

Nah, bagaimana kita bisa menerapkan model imageneering ini untuk pencapaian cita-cita? Paling sederhana, mulailah dengan the dreamer untuk menggali hasrat inti kita yang paling dalam.

Hasrat inti ini menjawab apa yang kita inginkan dan juga ide-ide yang terbersit untuk segera mewujudkannya. Salah satu pertanyaan pembantu bagi the dreamer adalah “Seandainya kamu mempunyai waktu serta sumber daya yang tak terbatas untuk mewujudkan cita-citamu, apakah ide-ide yang ingin kamu wujudkan?” Selanjutnya, setelah membuat ide-ide, langkah berikutny adalah membuat rencana konkret. Inilah saatnya mengenakan jubah the realist. Logikanya, perlu memperhitungkan waktu, apa saja yang dibutuhkan, dan langkah-langkah merealisasikan. Langkah terakhir, mengantisipasi apa yang mungkin menjadi kendalanya. Di sinilah, kita bisa membuat plan B atau C, seandainya yang kita pikirkan tidak terealisasikan.

Nah, dengan ketiga itu, keajaiban akan muncul dalam hidup kita. Kita akan mampu mengubah segala mimpi-mimpi menjadi kenyataan. Dunia mimpi menjadi dunia kenyataan. Dan mimpi akan kesuksesan pun berubah menjadi kesuksesan secara nyata.

source: http://www.interactivebodywork.com/disney.html

The Dreamer, the Critic & the Realist ...

Saturday, July 4, 2009

Jangan menilai Buku hanya dari sampulnya!

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston , dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University .


Sesampainya disana sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.


“Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria lembut.

“Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat.

“Kami akan menunggu,” jawab sang Wanita.


Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi.

Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.



“Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan Harvard.

Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.


Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata padanya, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. bolehkah?” tanyanya dengan mata yang menjeritkan harap.


Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. “Nyonya,” katanya dengan kasar, “Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”


“Oh, bukan,” Sang wanita menjelaskan dengan cepat, “Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”


Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, “Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Kalian perlu memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.”


Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, “Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja ?” Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.


Laki-laki dan perempuan dengan baju lusuh itu yang bernama Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, mereka melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi dipedulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

Pesan Moral :

Kita, seperti pimpinan Harvard itu, sangat sering sekali silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita menilai orang dari pakaiannya saja, karena pakaian sering kali menipu.


You can easily judge the character of others by how they treat those who can do nothing for them or to them.




Stanford University


------------------------------------

Doa untuk Putraku



Pada masa perang dunia kedua, tepatnya bulan Mei Tahun 1952, seorang jenderal kenamaan, Douglas Mac Arthur, menullis sebuah puisi untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Puisi tersebut mencerminkan harapan seorang ayah kepada anaknya. Ia memberi sang anak puisi indah yang berjudul "Doa untuk Putraku" Inilah isi puisi tersebut:




Doa untuk Putraku



Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.

Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.

Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.



Tuhanku...

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.



Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah

namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya...

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.



Tuhanku...

Berilah ia kerendahan hati...

Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...

Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud,
hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"



------------------------

A Father Prayer by General Douglas MacArthur (May 1952)

Build me a son, O Lord, who will be strong enough to know when he is weak, and brave enough to face himself when he is afraid; one who will be proud and unbending in honest defeat, and humble and gentle in victory.

Build me a son whose wishbone will not be where his backbone should be; a son who will know Thee ?and that to know himself is the foundation stone of knowledge.

Lead him I pray, not in the path of ease and comfort, but under the stress and spur of difficulties and challenge. Here let him learn to stand up in the storm; here let him learn compassion for those who fail.

Build me a son whose heart will be clear, whose goal will be high; a son who will master himself before he seeks to master other men; one who will learn to laugh, yet never forget how to weep; one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his, add, I pray, enough of a sense of humor, so that he may always be serious, yet never take himself too seriously. Give him humility, so that he may always remember the simplicity of true greatness, the open mind of true wisdom, the meekness of true strength.

Then, I, his father, will dare to whisper, have not lived in vain.

ad

Free advertising



Free AdvertisingCoupon CodeDell CouponGap CouponTarget Coupon


Free Advertising